Kamis, 24 November 2011

IT dan Bahasa Inggris


IT DAN BAHASA INGGRIS

Untuk mendongkrak penggunaan bahasa Inggris dan memajukan bangsa, bagaimana kalau menaikkan status bahasa Inggris sebagai bahasa resmi ?

            Banyak studi menunjukkan, menjadi bilingual atau multilingual amat membantu memperluas wawasan berfikir. Di dunia komputer, hal ini lebih karena kita dapat membandingkan dan saling meminjam teknik, pusaka, idiom, serta kultur dari bahasa lain.
            Sebetulnya mayoritas penduduk Indonesia sudah bilingual. Bahasa Indonesia bukanlah yang paling banyak diajarkan sebagai bahasa ibu, melainkan bahasa jawa dan sunda. Penutur natif bahasa Indonesia sendiri diperkirakan tidak sampai 10%, hanya sekitar 20 juta dari sekitar 235 juta total penduduk. Sayangnya, meski sudah bilingual, tapi bahasa yang di pelajari bukanlah bahasa yang “tepat”, dalam artian memberikan manfaat yang maksimal.
            Memang bahasa Inggris bukan segalanya. Dari sisi ekonomi, bahasa inggris hanya mewakili 30% total GDP dunia dan diperkirakan akan terus menurun karena Mandarin (sekitar 12,5%) akan terus naik porsinya seiring kenaikkan GDP China. Tapi di dunia TI, rupanya Inggris merupakan dan kemungkinan akan tetap menjadi bahasa yang amat dominan. Pertama, Mandarin sebagai saingan terdekat memiliki beberapa hambatan untuk bisa menggantikann Inggris : terlalu sulit / lama dipelajari bagi banyak orang dan lebih sulit menyerap bahasa asing karena sistem aksaranya tidak fonetik.
            Kedua, berbeda dengan perdagangan fisik yang umumnya terkait dengan kedekatan geografis, yaitu sebuah negara alaminya melakukan ekspor impor ke negara – negara tetangga, di dunia TI dengan adanya Internet kedekatan geografis ini menjadi berkurang relevansinya. Saat ini belum ada pilihan lain kecuali Inggris. Sebuah survei mengindikasikan hal ini : lebih dari 50% halaman web masih ditulis dalam bahasa Inggris. Dan mungkin 99% bahasa pemograman yang ada menggunakan bahasa Inggris sebagai basisnya.
            Sudah seperti “hukum alam”, negara yang terbelakang umumnya akan lebih terbelakang karena berbagai kebijakan yang salah (dikarnakan pangambil kebijakannya juga sama – sama terbelakang). Contohnya, bertahun – tahun silam pemerintah kita melarang penggunaan bahasa asing dengan alasan bangga bahasa / budaya sendiri. Sebagian dari pembaca mungkin ingat betapa plang – plang mahal harus diganti dari “ABC Bank” menjadi “Bank ABC” karena harus di – Indonesiakan.
            Barangkali cara untuk menjadi maju adalah dengan membalik kebijakkan – kebijakkan ini. Pendidikkan dasar wajib memasukkan bahasa Inggris ke kurikulumnya. Semua dokumen dan komunikasi resmi harus ditulis dalam dua bahasa. Plang – plang dan rambu jalan pun harus ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Namun saat membayangkan, penulis merasa bergidik, banyaknya perubahan ini kemungkinan besar hanya akan dimanfaatkan sebagai ladang proyek dan peluang korupsi bagi pemarintah Indonesia. (steven@masterwebnet.com)

Dikutip dari : PC Media Oktober 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar